Pertemuan Pembawa Berkah
Meyda siswi kelas X SMA HARAPAN BANGSA, Bandung itu duduk
termenung di halaman rumah. Tiba-tiba datang suara dari arah belakang, “Mey…Mey….”
Teriak Bima. Namun, Meyda tak menoleh juga. Bima memanggil sekali lagi dan ia
mencoba mendekati dan mengagetinya, “Hay Meyda”, sambil menepuk bahunya. Bima
terkejut saat melihat Meyda menangis. “mungkin dia masih terpukul atas
meninggalnya ibundanya”,ujar Bima dalam hati. Kemudian Bima mendampingi Meyda
dan mencoba menghiburnya. “udahlah Mey, kamu harus ikhlas menerima kenyataan
ini, semua akan kembali kepada Allah, berdo’a saja semoga amal beliau diterima
disis-Nya”, ungkap Bima yang mencoba menghentikan tangisannya. Akhirnya sedikit
demi sedikit air mata Meyda tak menetes lagi. Setelah itu Bima mengajak Meyda
masuk ke dalam rumah. Saat ini Meyda tinggal di rumah Bima sejak ditinggal oleh
bundanya, karena Meyda tidak punya saudara lagi. Esok harinya mereka berangkat
sekolah bersama. Sepulang sekolah Bima mengajak Meyda ke makam bundanya. Meyda seketika
duduk sambil merangkul batu nisan bundanya dan kembali meneteskan air mata. Meyda
tak tahan lagi menahan kerinduan bersama bundanya. Beberapa lama kemudian, Bima
mengajak Meyda pulang. Ketika di perjalanan, Meyda menoleh dan sambil melihat
lelaki tampan yang sedang duduk di halte sendirian. Lelaki itu memakai pakaian
putih,dan memakai peci, layaknya seorang santri. Kemudian mereka menghampirinya.
Lalu meyda menyapanya, “Hai,,namamu siapa?sedang menunggu siapa disini?”
tuturnya. Kemudian lelaki itu menjawabnya, “hai…namaku Reyhan,aku disini lagi
menunggu bus untuk menuju ke Pondok Pesantren Al-Fattah, namamu siapa?”. “Namaku
Meyda dan ini temanku Bima kami dari Perumahan Citra Garden”, jawab Meyda. “Bagaimana
kalau kamu saya antarkan naik mobil ini bersama Bima? Ajak Meyda sambil
tersenyum”. Reyhan menjawab sambil berterima kasih padanya. Setelah itu mereka
bertiga menuju ke tempat tujuan lelaki itu.
Di dalam mobil Meyda dan Reyhan asyik mengobrol. Namun, sambil mengendarai mobil, Bima agak sedikit cemberut karena diam-diam ia menyukai Meyda sahabat kecilnya itu. Tetapi, ia juga bahagia karena bisa melihat Meyda ceria kembali walaupun bersama orang lain. Ternyata Reyhan itu adalah salah satu santri dari pondok pesantren As-Salafiyah di Sidoarjo dan ia adalah putra dari pemilik pondok pesantren tersebut. Myda tersenyum kagum, dan diam-diam ia menyimpan perasaan pada santri itu walaupun baru saja kenal. Beberapa saat kemudian mereka tiba di depan pondok pesantren Al-Fattah. Kemudian Reyhan turun dan berterima kasih kepada Bima dan Meyda. Lalu, Bima dan Meyda segera pulang karena hari mulai sore. Sampai dirumah wajah Meyda ceria sekali, dan hatinya berbunga-bunga karena bertemu dengan lelaki tadi. Malam hari sebelum tidur ia berharap bermimpi lelaki itu. Keinginannya pun terwujud,,,ia bermimpi lelaki itu, tetapi kali ini mimpi itu aneh. Ia mimpi bahwa laki-laki itu pergi meninggalkannya. Esok harinya di sekolah ia masih memikirkan hal itu. Waktu pulang sekolah ia mengajak Bima mengunjungi pondok pesantren Al-Fattah. Sampai disana ia menanyakan ke beberapa santri yang ada. Tetapi santri-santri itu menjawab kalau Reyhan sudah kembali ke rumahnya tadi malam. Meyda sangat terkejut dan agak sedikit kecewa. Akhirnya mereka berdua kembali pulang ke rumah. Meyda kembali murung sendiri dikamarnya. Ia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Kedua kalinya ia ditinggal oleh orang yang ia sayangi. Melihat Meyda seperti itu, Bima ingin membahagiakan Meyda. Kurang satu minggu lagi Meyda dan Bima melaksanakan ulangan. Bima memberikan support kepada Meyda. “Mey sebentar lagi kita akan ulangan, jangan memikirkan hal yang lainnya ya Mey,,fokus aja pada pelajaran,sebentar lagi kan ujian,jadi gunakan waktu ini sebaik-baiknya,tetap semangat ya Mey,jangan pernah kamu kecewakan dirimu sendiri”, ungkap Bima. Lalu, Meyda berterima kasih padanya, “makasih ya Bim,selama ini kamu sudah memperhatikanku,memberikanku semangat,dan rela menjagaku,aku gak tau harus ku balas dengan apa jasa-jasa mu ini, aku tak punya apa-apa,bahkan orang tua pun aku tak punya, sekali lagi makasih Bim atas semangat yang terus kamu berikan kepadaku” jawab Meyda. Selama seminggu ia menjalani ulangan dengan tenang,dan hasilnya sangat memuaskan. Ia mendapat nilai terbaik di kelasnya. Bima ingin memberikan Meyda hadiah. Bima berniat ingin mengajak Meyda ke Sidoarjo untuk bertemu dengan Reyhan, karena ia mengerti sekali kalau Meyda sedang rindu pada Reyhan. Esok harinya diam-diam Bima mengajak Meyda berangkat ke Sidoarjo. Tanpa memberitahukan tujuannya, ia langsung mengajak Meyda berangkat. Sampai di Sidoarjo Bima mencari alamat pondok pesantren tersebut. Tak lama kemudian ia sampai di rumah Reyhan. Reyhan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, “Assalaum’alaikum,,,”. Tepat sekali yang membuka pintu adalah ayah Reyhan. Kemudian beliau menjawab salam tersebut. “Wa’alaikumusslam wr.wb….mencari siapa nak?” tanya sang kyai. Bima menjawab “apakah betul ini rumahnya Reyhan pak?”. Ayah Reyhan menjawab “iya betul nak, silahkan masuk Reyhan masih di belakang, biar saya panggilkan sebentar” ucap beliau. Meyda terkejut dan bingung. “kenapa kamu gag bilang kalau mau ke rumah Reyhan” tanya Meyda. Kemudian Reyhan muncul dari dalam rumah. “assalamu’alaikum,,,hai kalian, tak menyangka kalian tiba-tiba kesini,” ucap Reyhan. Mereka bertiga berbincang-bincang. Sambil di dampingi ayahnya, Reyhan mengenalkan Meyda dan menceritakannya. Tiba-tiba ayah Reyhan berkata “nak Meyda apakah kamu mau tinggal di pesantren ini, menimba ilmu disini,kamu mendapat biaya pendidikan gratis dan mendapatkan fasilitas dari saya”. Seketika Meyda meneteskan air mata. Ia sangat bersyukur karena mendapat rezeki yang begitu besar. Meyda tidak bisa menjawab sekarang dan ia ingin meminta izin kapada mama Bima yang telah merawatnya selama ini. Akhirnya Meyda dan Bima kembali ke Bandung. Sampai di rumah Meyda berbicara tentang hal tadi kepada mamanya Bima. Mama bima menyetujuinya. Bima agak sedih karena akan jauh dari Meyda dan ia tidak bisa bersamanya lagi. Tetapi, ia harus bahagia merelakannya demi melhat Meyda ceria dan bisa tersenyum kembali seperti dahulu. Esok lusa mama Bima dan Bima mengantarkannya ke pondok pesantren As-Salafiyah. Sekarang Meyda tinggal di pesantren itu berkat bertemu dengan Reyhan, santri dari pondok pesantren As=Salafiyah.
Di dalam mobil Meyda dan Reyhan asyik mengobrol. Namun, sambil mengendarai mobil, Bima agak sedikit cemberut karena diam-diam ia menyukai Meyda sahabat kecilnya itu. Tetapi, ia juga bahagia karena bisa melihat Meyda ceria kembali walaupun bersama orang lain. Ternyata Reyhan itu adalah salah satu santri dari pondok pesantren As-Salafiyah di Sidoarjo dan ia adalah putra dari pemilik pondok pesantren tersebut. Myda tersenyum kagum, dan diam-diam ia menyimpan perasaan pada santri itu walaupun baru saja kenal. Beberapa saat kemudian mereka tiba di depan pondok pesantren Al-Fattah. Kemudian Reyhan turun dan berterima kasih kepada Bima dan Meyda. Lalu, Bima dan Meyda segera pulang karena hari mulai sore. Sampai dirumah wajah Meyda ceria sekali, dan hatinya berbunga-bunga karena bertemu dengan lelaki tadi. Malam hari sebelum tidur ia berharap bermimpi lelaki itu. Keinginannya pun terwujud,,,ia bermimpi lelaki itu, tetapi kali ini mimpi itu aneh. Ia mimpi bahwa laki-laki itu pergi meninggalkannya. Esok harinya di sekolah ia masih memikirkan hal itu. Waktu pulang sekolah ia mengajak Bima mengunjungi pondok pesantren Al-Fattah. Sampai disana ia menanyakan ke beberapa santri yang ada. Tetapi santri-santri itu menjawab kalau Reyhan sudah kembali ke rumahnya tadi malam. Meyda sangat terkejut dan agak sedikit kecewa. Akhirnya mereka berdua kembali pulang ke rumah. Meyda kembali murung sendiri dikamarnya. Ia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Kedua kalinya ia ditinggal oleh orang yang ia sayangi. Melihat Meyda seperti itu, Bima ingin membahagiakan Meyda. Kurang satu minggu lagi Meyda dan Bima melaksanakan ulangan. Bima memberikan support kepada Meyda. “Mey sebentar lagi kita akan ulangan, jangan memikirkan hal yang lainnya ya Mey,,fokus aja pada pelajaran,sebentar lagi kan ujian,jadi gunakan waktu ini sebaik-baiknya,tetap semangat ya Mey,jangan pernah kamu kecewakan dirimu sendiri”, ungkap Bima. Lalu, Meyda berterima kasih padanya, “makasih ya Bim,selama ini kamu sudah memperhatikanku,memberikanku semangat,dan rela menjagaku,aku gak tau harus ku balas dengan apa jasa-jasa mu ini, aku tak punya apa-apa,bahkan orang tua pun aku tak punya, sekali lagi makasih Bim atas semangat yang terus kamu berikan kepadaku” jawab Meyda. Selama seminggu ia menjalani ulangan dengan tenang,dan hasilnya sangat memuaskan. Ia mendapat nilai terbaik di kelasnya. Bima ingin memberikan Meyda hadiah. Bima berniat ingin mengajak Meyda ke Sidoarjo untuk bertemu dengan Reyhan, karena ia mengerti sekali kalau Meyda sedang rindu pada Reyhan. Esok harinya diam-diam Bima mengajak Meyda berangkat ke Sidoarjo. Tanpa memberitahukan tujuannya, ia langsung mengajak Meyda berangkat. Sampai di Sidoarjo Bima mencari alamat pondok pesantren tersebut. Tak lama kemudian ia sampai di rumah Reyhan. Reyhan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, “Assalaum’alaikum,,,”. Tepat sekali yang membuka pintu adalah ayah Reyhan. Kemudian beliau menjawab salam tersebut. “Wa’alaikumusslam wr.wb….mencari siapa nak?” tanya sang kyai. Bima menjawab “apakah betul ini rumahnya Reyhan pak?”. Ayah Reyhan menjawab “iya betul nak, silahkan masuk Reyhan masih di belakang, biar saya panggilkan sebentar” ucap beliau. Meyda terkejut dan bingung. “kenapa kamu gag bilang kalau mau ke rumah Reyhan” tanya Meyda. Kemudian Reyhan muncul dari dalam rumah. “assalamu’alaikum,,,hai kalian, tak menyangka kalian tiba-tiba kesini,” ucap Reyhan. Mereka bertiga berbincang-bincang. Sambil di dampingi ayahnya, Reyhan mengenalkan Meyda dan menceritakannya. Tiba-tiba ayah Reyhan berkata “nak Meyda apakah kamu mau tinggal di pesantren ini, menimba ilmu disini,kamu mendapat biaya pendidikan gratis dan mendapatkan fasilitas dari saya”. Seketika Meyda meneteskan air mata. Ia sangat bersyukur karena mendapat rezeki yang begitu besar. Meyda tidak bisa menjawab sekarang dan ia ingin meminta izin kapada mama Bima yang telah merawatnya selama ini. Akhirnya Meyda dan Bima kembali ke Bandung. Sampai di rumah Meyda berbicara tentang hal tadi kepada mamanya Bima. Mama bima menyetujuinya. Bima agak sedih karena akan jauh dari Meyda dan ia tidak bisa bersamanya lagi. Tetapi, ia harus bahagia merelakannya demi melhat Meyda ceria dan bisa tersenyum kembali seperti dahulu. Esok lusa mama Bima dan Bima mengantarkannya ke pondok pesantren As-Salafiyah. Sekarang Meyda tinggal di pesantren itu berkat bertemu dengan Reyhan, santri dari pondok pesantren As=Salafiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar